Segala Sesuatu Itu Mungkin
Craig Fransisco sadar bahwa dia bukan Arnold Palmer. Sesungguhnya ia harus melakukan banyak perbaikan dalam permainan golfnya. Ia hampir kewalahan, ia sendiri heran bahwa ia pernah menjadi anggota tim golf.
“Kupikir, aku tak akan pernah menjadi pemain yang sangat baik,” katanya. “Karena itu, aku bahkan tak pernah berlatih.” Tetapi suatu terobosan mental mengajarinya, betapa besar kekuatan yang ada dalam pikirannya. Hasilnya adalah pemain golf yang sangat berkembang.
Terobosan ini terjadi selama masa pelatihan di mana ia belajar menggunakan tangan kosong untuk mempertahankan papan setebal satu inci. Sebelum memulainya, ia diminta menulis di papan tersebut rintangan yang ingin “diterobosnya” supaya ia dapat memperoleh hasil yang lebih dalam hidup.
Craig tahu bahwa tak secara sadar, ia menghindarkan dirinya dari berbagai hal dengan mengatakan pada dirinya bahwa ia tak mampu melakukannya. Karena itu, di papannya ia menulis pikiran “bahwa sadar.” Seperti yang lainnya, ketika ia berhasil mematahkan papan itu, ia merasa kegembiraan atas keberhasilan yang luar biasa ini.
“Segera setelah aku berhasil melakukannya, aku tahu aku dapat melakukan apapun yang ingin kulakukan. Tak ada yang merintangiku.”
Ia pulang ke rumah dan menggeluti permainan golfnya selama sisa musim panas itu. Upaya ini membawa timnya ke peringkat pertama dalam liga daerah, dan liga wilayah itu pada tahun berikutnya. Kenyataannya mereka mendapatkan peringkat keenam di seluruh Ohio. Craig Fransisco, yang pada mulanya menganggap dirinya pemain golf yang buruk, adalah pemain golf terbaik di timnya dan terpilih sebagai pemain yang termahal. Atas namanya sendiri, ia memenangkan 11 piala pada musim itu, dan ia membantu timnya memenangkan 9 piala lagi.
“Aku benar-benar belajar untuk percaya pada diriku, dan bahwa segala sesuatu itu mungkin kalau aku memfokuskan pikiranku.” Bagi Craig, sikap positif memberikan semua perubahan ini.
(Memupuk Sikap Juara, hlm.103, Quantum Learning)
|
|
Sukses merupakan keadaan pikiran (Joyce Brother) |
|
Kekuatan Pikiran Yang Tak Terbatas
Anthony Robbins, seorang ahli strategi penampilan, penulis, dan penceramah telah membantu ribuan orang untuk menerobos keyakinan mereka yang sangat sempit dan menyingkap kemampuan mereka yang luar biasa. Tujuan Tony adalah mecontohkan praktik-praktik dari penampilan tokoh-tokoh terkemuka, orang-orang yang selalu melahirkan hasil-hasil yang berkualitas. Ia menemukan keyakinan inti mereka dan membentangkan strategi-strategi yang membuatnya sangat efektif. Kemudian ia mengajarkan keyakinan dan strategi ini kepada sekelompok orang.
Salah satu aktivitas yang diajarkan Tony kepada siswa-siswinya adalah berjalan di atas api. Dengan sebuah papan penuh arang membara, pada siswa tanpa alas kaki dibimbing untuk melintasi papan. Ia menggunakan konsep-konsep program neurolinguistik (NLP) untuk membantu mereka menyelesaikan tugas luar biasa ini. NLP, studi tentang bagaimana bahasa verbal dan nonverbal yang mempengaruhi sistem syaraf kita, dikembangkan oleh John Grider dan Richard Bandler.
Salah satu contoh favorit Tony untuk menunjukkna kehebatan metode ini adalah Stu Mittleman. Stu. M memecahkan rekor dunia dengan berlari 1.000 mil hanya dalam waktu 11 hari. Stu mencontoh keyakinan sekelompok orang Indian di Amerika Selatan. Mereka telah berlari 75 mil sehari hanya untuk kegembiraan. Hal itu mereka lakukan sebagai bagian dari sebuah perayaan.
Dengan menemukan seseorang yang telah mencapai apa yang kita inginkan, dan kemudian mencontohnya, kita tidak hanya menghemat energi, tetapi juga waktu. Apa yang ingin kita lakukan dalam hidup kita? Rintangan-rintangan apa yang harus kita atasi? Ingin seperti siapakah kita? Temukan sesorang yang mewujudkan impian kita. Lalu melangkahlah dan tirulah perilaku mental dan fisiknya, dan keberhasilan akan menjadi milik kita.
(dikutip dengan modifikasi dari Kekuatan Pikiran yang tak terbatas, hlm. 43, Quantum Learning oleh Bobbi dePorter dan Mike Hernacki)
Jikalau kamu percaya bahwa kamu bisa-kamu pasti bisa (Maxwell Maltz) |
|
Dari 1 Jam Menjadi 20 Menit
Instruktur membaca, Steven Snyder pernah membaca 14 buku dalam suatu penerbangan antara Los Angeles-Sidney, Australia. Dengan menggunakan teknik yang dikembangkannya, ia biasanya membaca 3-4 buku fiksi ataupun non fiksi dalam satu malam. Kecepatan membacanya ini kecepatan yang biada (jogging speed). Kecepatan sprintnya adalah sekitar 10 ribu kata per menit.
Sebagian orang tidak yakin bahwa ia dapat memahami apa yang dibacanya dengan kecepatan tersebut. Karena itu, Steve menyamakan kecepatan membaca dangan bermain ski. “Kalau Anda bermain ski dengan tenang dan perlahan-lahan, Anda tidak perlu terlalu memperhatikan apa yang sedang Anda lakukan. Pikiran Anda akan berkeliaran ke mana-mana. Tetapi jika Anda bergerak dengan sangat cepat menuruni lembah, Anda harus memusatkan perhatian.” Itulah sebabnya, Anda sebenarnya akan memahami bacaan Anda secara lebih baik kalau Anda membacanya dengan cepat, katanya.
Kita dapat mendorong diri kita untuk membaca lebih cepat dan lebih cepat lagi, satiap orang dapat melakukannya. Tetapi, adakalanya kita kehilangan pemahaman dan kita harus mundur kembali. Beberapa bahan juga harus dibaca dengan sangat perlahan, menurut pendapatnya, seperti puisi, drama, dan segala sesuatu yang ditulis untuk didengar, bukan untuk dilihat.
Kariernya sebagai guru membaca cepat dimulai pada 2 tahun ketika ibunya, seorang pecinta buku mengajarinya membaca. Ketika ia mulai bersekolah di kelas satu, ia telah membaca sebanyak 400 buku, termasuk novel-novel Mark Twain, Jules Verne dll. Yang ditulis untuk anak-anak SMU.
Pada usia 12 tahun, ibunya mengizinkannya untuk mengambil kursus membaca cepat popular, tetapi ia kecewa dengan metode yang diajarkan. “Sulit sekali itu, dan tak ada kesenangan di dalamnya.” kenang Steve. Karena itu, ia memutuskan untuk mengembangkan metodenya sendiri. Itulah saat ia muncul dengan tekni-teknik yang kini diajarkannya di SuperCamp. Pada usia 15 tahun, ia mulai mengajarkan teknik-teknik ini pada kawan-kawan sekolahnya, yang menemukan bahwa mereka dapat mengurangi waktu 1 jam untuk mengerjakan PR mereka menjadi 20 menit! Kini ia mengejar dalam seminar-seminar di seluruh dunia dengan menggunakan metode-metode yang sama dengan yang pertama kali dikembangkannya pada masa kanak-kanak.
(dikutip dari Melaju dengan Kekuatan Membaca, hlm. 269 Quantum Learning oleh Bobbi dePorter dan Mike Hernacki)
Kalau kita melakukan semua hal yang bisa kita lakukan, secara harfiah kita akan mengejutkan diri kita sendiri (Thomas A. Edison) |
|