Buku – Buku Pro-U
Pertamakali melihat buku terbitan Pro-U, Wik seketika terpesona, pada design covernya yang cantik punya. Tidak percaya, coba lihat hasil scanning di samping. Dari scanning yang kurang sempurna saja, kita sudah bisa melihat cover buku yang cantik dan menggugah selera membaca kita. Bisa jadi kru pro-U menerapkan ilmu pak Hernowo dari Mizan dalam buku Mengkait Makna-nya. Kata Mr. Hernowo, buku sepertihalnya makanan. Ada yang bergizi dan kita butuhkan, ada yang cuma sekedar cemilan atau bahkan ada yang mesti kita hindari karena mengandung racun yang mematikan. Nah, salah satu tanda sebuah buku yang bagus alias bergizi bisa dilihat dari sampul. Digarap dengan serius dan mampu mendatangkan selera untuk membaca tidak.
Tanda lain buku yang bergizi adalah kalimat pengantar yang biasa ada di sampul bagian belakang atau depan yang bertugas memperkenalkan secara garis besar apa tema dan bahasan buku. Dilihat dari dua kriteria di atas, pro-U sudah cukup bagus. Lay-out isi bukunya pun ciamik (ada gambar di hampir semua halaman seperti di buku The Great Power of Mother atau novel Birunya Langit Cinta). Gambar di top atau bottom page ini meringankan mata ketika membaca. Kita tidak melulu berhadapan dengan huruf demi huruf. Berhasil menguatkan pesan buku juga. Meski di bookmagz, seperti buku Bikin Belajar Selezat Coklatnya Mr. Fatan Fantastic dan Dinda Denniz, gambar too crowded kelihatannya. Bukunya sudah mungil, tulisannya banyak, ditambah gambar yang sedikit berjejal ? Rada kurang lapang mata memandang.
Well, setelah melihat sampul buku, sekarang Wik akan berbagi cerita tentang isi buku yang mampu bikin hati tersentuh, akal berpikir dan jasad bertindak, garapan laskar pro-U.
1. Agar Bidadari Cemburu Padamu
Ustadz Faudhil Adhim dan Didik Purwodarsono ke kampong kami, itu peristiwa langka. Tema yang diangkat pun menarik untuk saat itu, tentang pernikahan dini. Akhirnya dengan beberapa teman, kamipun datang dan menghadiri acara kajian di Ahad siang itu.
Acara demi acara berlalu sampai datanglah sesi dialog. Setelah mengumpulkan keberanian secukupnya, Wik pun mengangkat tangan dan bertanya,” Maaf ustadz, bagaimana kalau istri dengan suami lebih dari satu ? Di surga nanti dia akan bersama dengan suaminya yang mana ?”
Menurut Wik, itu pertanyaan yang simple dan biasa saja tapi … jawaban ustadz sempat membuatnya malu.
“Wualah Mbak, tidak usahlah berpikir sampai ribet seperti itu … ,” ustadz Faudhil Adhim menjawab dengan santai tapi rada menghentak hati Wik.
“Untuk kehidupan di surga, kita tidak bisa mengukurnya atau menyamakannya dengan kehidupan di dunia … ,” Ah, jawaban ustadz Didik juga belum memuaskan Wik sampai ia bertemu dengan sebuah buku karangan Salim A Fillah, Agar Bidadari Cemburu Padamu.
Dalam buku itu, tepat di bagian pengantar, terpampang kisah ummu Salamah dan pertanyaannya kepada Nabi saw. Pertanyaannya persis sama dengan pertanyaan Wik. Bedanya, Ummu Salamah adalah seorang janda yang ditinggal syahid oleh suaminya tercinta. Sepeninggal suaminya, Ummu Salamah berpikir tidak ada lelaki lain yang sehebat sang suami. Meski begitu, seperti doa yang diajarkan oleh Nabi, ketika ditinggal wafat suaminya, Ummu Salamah pun berdoa, semua dari Alloh swt dan akan kembali ke Alloh. Ya Alloh berikanlah ganti yang lebih baik. Know what ? Setelah itu, ia pun kemudian dipersunting Nabi dan berhak atas julukan ummahatul mukminin, ibunya para mukmin, para orang yang beriman. Berikut penggalan hadist tersebut, Wik kutip dari halaman xi dan 55-56 : … “Aku ( Ummu Salamah) bertanya,” Mengapa wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari ?”
Beliau menjawab,”Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Alloh. Alloh meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuningan, sanggulnya mutiara, dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata,”Kami hidup abadi dan tidak mati. Kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali. Kami sselalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali. Kami ridha dan tak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.”
Aku berkata,”Ya Rasulullah, salah seorang wanita di antara kami pernah menikah dengan dua, tiga atau empat laki-laki lalu meninggal dunia. Dia masuk surga dan mereka pun masuk surga. Siapakah di antara laki-laki itu yang akan menjadi suaminya di surga ?”
Beliau menjawab,”Wahai Ummu Salamah, wanita itu disuruh memilih, lalu diapun memilih siapa diantara mereka yang paling baik akhlaqnya. Lalu dia berkata,”Rabbi, sesungguhnya lelaki inilah yang paling baik tatkala hidup bersamaku di dunia. Maka nikahkanlah aku dengannya …”
… Wahai Ummu Salamah, akhlaq yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan, dunia dan akhirat.” (HR Ath Thabrani, dari Ummu Salamah)
Membaca itu, pertanyaan Wik terjawab dan malunya pun terhapus ketika mengetahui bahwa seorang ummahatul mukminin ternyata pernah bertanya hal yang sama seperti dirinya. Ia pun terpuaskan dengan jawaban yang ditemukannya dalam buku Agar Bidadari Cemburu Padamu. Melalui buku ini pula, paradigma Wik tentang sebaik-baiknya perempuan terkoreksi. Karena dari buku itu Wik mengetahui bahwa, bidadari surga pun bisa terkalahkan oleh seorang perempuan yang hidup di dunia, seperti Wik misalnya he .. he. Dengan syarat, kesholihan diri. Dengan kesholihannya, perempuan dunia bisa mengalahkan dan membuat cemburu para bidadari surga. Karena perempuan-perempuan sholihat nan taat, mereka mengerjakan shalat, puasa, zakat, haji, sabar, dan syukur, karena Alloh semata. Amal-amal sholih itulah yang menaikkan derajat para perempuan sholihat. Sehingga mampu mengalahkan para bidadari surga. Apalagi ketika ia menikah yang berarti semakin luas dan banyak amal sholih yang bisa dilakukannya. Semakin telaklah kekalahan sang bidadari.
Meski bahasa Salim berbeda dari yang lain, karena muter dan meluas kemana-mana, tetapi ikhwan lulusan pesantren As Salam Solo itu, dengan pengetahuan dan pemahaman Islamnya mampu memuaskan seorang Wik lewat bukunya, Agar Bidadari Cemburu Padamu. Melalui sosok seorang Salim pula, Wik belajar kerendahatian. Honest, usia Wik yang lebih banyak dari Salim, menjadikan Wik rada kurang serius mendengar penuturan Salim (awalnya), tetapi … setelah melihat hasil dari ketekunannya, buku-buku best sellernya, juga hal-hal baru, ilmu-ilmu baru yang Wik dapat dari penuturannya (baik lewat lisan atau tulisan), Wik pun menyiapkan diri untuk selalu menjadi murid ketika mengikuti acara bedah buku Salim atau mendengar acara kajian Salim. Well, mestinyalah begitu, bukankah kita diajari untuk tidak melihat siapa yang bicara tetapi memperhatikan apa yang dibicarakannya ? Aa’ Gym juga seringkali mengingatkan kita untuk selalu mejadi teko air yang selalu siap untuk diisi (siap untuk belajar) dari setiap orang yang kita temui. Dan bukankah sombong itu ketika kita meremehkan orang lain, merasa lebih baik dari orang lain dan tidak mau menerima kebenaran yang datang dari mana pun dan oleh siapa pun ? Astaghfirullahal adhzim. Jazakallahu khairan katsira ustadz Salim, dan jazakumullahu khairan katsira pro-U.
2. The Great Power of Mother
Selamat Meraih Jannah, Be Sholihah
Itu tulisan ustadz Solikhin Abu Izzudin di halaman depan buku Wik, hasil doorprize. Buku komplet untuk bisa jadi anak yang berbakti ke ortu, inilah dia. Yang Wik paling ingat dari buku setebal 302 halaman ini adalah bahwa celakalah mereka yang mendapati ayah ibunya atau salah satu diantara mereka lanjut usia lalu ia tidak bisa masuk surga. Naudzubillah. Alhamdulillah, kehadiran buku ini pas benar untuk seorang Wik yang sedang dan selalu berjuang menata sebata demi sebata kesabaran ketika merawat Bapak.
Mukhtasar Ibnu Katsir yang diriwayatkan dari berbagai rawi dari Anas bin Malik bahwa suatu ketika Rasululloh naik ke mimbar dan bersabda,” … Rasulullah bersabda, “Celakalah dia, celakalah dia, celakalah dia.” Ditanyakan,”Siapa wahai Rasulullah ?” Beliau bersabda,”Barangsiapa yang mendapati orangtuanya telah lanjut usia, salah satunya atau kedua-duanya, lalu ia tidak bisa masuk surga …” (HR. Muslim). Dalam hadits panjang tersebut juga dikatakan hina dinalah mereka yang disebut nama Nabi saw tetai ia kemudian tidak bersholawat padanya. Hina dina pula mereka yang menjumpai bulan Ramadhan tetapi tidak memperoleh ampunan dari Alloh (The Great Power of Mother hlm 79-80). Naudzubillah.
3. Dakwah Itu Keren
Satu lagi penulis pro-U yang muda dan produktif, Sofwan Al Banna. Buku ini hasil pinjaman dari adik. Adik Wik mendapatkannya sebagai doorprize di acara Fatih Family (komunitas pecinta nasyid, utamanya nasyid yang dilantunkan Fatih). Jujur, belum tuntas membacanya tapi sekilas baca, subahanalloh, keren. Banyak ilmu yang Wik dapat dari sana. Yang sampai sekarang Wik ingat adalah perjuangan Sofwan dkk ketika mengadakan acara seminar di gedung dengan sewa mahal yang butuh dana besar dan berakhir dengan adanya hutang sebesar satu juta. Setelah acara berlangsung dengan suksesnya, mereka pun (Sofwan dan aktivis dakwah berinisial TIH) mesti memutar akal mencari cara menutup hutang kolektif itu (keren kan, seperti Rasul saw, berani berhutang untuk yang lain). Alhamdulillah, ada lomba karya tulis ilmiah berhadiah satu juta, dan ikutlah mereka. Mereka pun, setelah ikhtiar (kalau memakai bahasanya prof. Yohanes, memakai jurus mestakung, karena waktu untuk mengikuti lomba tinggal sehari) alhamdulillah berhasil memenangkan lomba untuk kemudian menghibahkan uang hasil lomba guna membayar hutang ( halaman 24). Subhanalloh, kan ? Kalau Sofwan melihat lomba karya tulis sebagai ladang pendapatan, tidak salahlah kalau Wik juga berpikir acara bedah buku sebagai ladang untuk bisa menambah koleksi buku secara gratis. Lebih tidak berkeringat tapi.
Well, setelah sekilas membaca buku ini, akhirnya Wik pun tergerak untuk menjadikan buku ini sebagai hadiah buat teman. Baru dua orang tapi insya Alloh, buku ini cukup mewakili Wik untuk memberitahu pentingnya keterlibatan mereka dalam dakwah dan begitu banyaknya manfaat yang mereka bisa dapat ketika mereka mau terjun dalam dakwah, selain sibuk dengan pekerjaan kantor dan rumahtangga. Atau bagaimana membingkai kesibukan mereka itu dengan kerangka dakwah. Selain isinya yang padat ilmu dan info, harga buku juga terbilang miring, mantap, bukan ? Teman Wik yang mendapat hadiah buku ini berkata,”Jadi tersemangati, Mbak.” Begitu komentarnya. Tersemangati untuk berdakwah insya Alloh.
4. Bikin Hati Lebih Hidup
Ini buku pertama yang Wik dapat secara gratis, doorprize dari pro-U melalui ajang bedah buku. Yang Wik ingat, bedah buku saat itu diadakan di Masjid Syuhada. Pembedahnya adalah penerjemah bukunya sendiri yang masih terbilang muda ( maaf, Wik tidak bisa sebutkan namanya karena bukunya masih di teman dan sekarang buku itu tidak lagi diterbitkan pro-U). Pembedah lain adalah ustadz Syatori Abdurrauf, pimpinan pesantren mahasiswi Darush Shalihat Jogjakarta yang telah hafal alhamdulillah 30 juz (bukannya juz 30 ) dan insya Alloh spesialis membahas topik bahasan tentang hati. Bukunya sih kecil mungil. Sebesar buku 100 % Dakwah Kerennya Sofwan, lebih kecil sedikit malah. Meski begitu isinya tidak sekecil bukunya. Ada dua hal yang sampai sekarang Wik ingat dari buku yang mengupas tentang cara membersihkan hati itu.
a. Dalam buku itu disebutkan bahwa untuk bisa bertaubat secara nasuha maka kita harus berusaha untuk
mengingat ingat setiap dosa yang kita lakukan untuk kemudian mengistighfarinya, satu demi satu dosa, satu
demi satu lantunan istighfar. Jadi mesti jelas tuh, kita dosa apa dan kemudian mohon ampun untuk itu.
Pertama Wik membaca ini Wik rada surprise, what, mesti ingat dosa kita ? Padahal kan buanyak banget
tuh dosa, gimana mau ngrentenginnya ? Eh, setelah itu Aa’ Gym di MQ pun bilang begitu. Aa’ lebih nakuti
lagi karena menambah dengan mengatakan, musibah, cobaan yang datang ke kita adalah hasil dari perbuatan
kita sendiri, dosa yang telah kita lakukan. Jadi, selama dosa itu belum kita taubati maka siap-siap menerima
bala/musibah deh. Wah, jadilah membuka luka lama, mengingat yang Wik masih ingat dan upayakan untuk
ingat, dosa demi dosa, dari SD sampai sekarang. Astaghfirullah al adhzim.
b. Satu cerita yang Wik ingat dari buku ini adalah cerita seorang abid yang telah beribadah tanpa putus,
puluhan tahun, istiqomah sampai akhir hayatnya. So .. ketika ia di akherat, ia pun bersiap masuk surga dan
bilang ke Alloh, “Ya Alloh, masukkanlah aku ke surga-Mu karena amal ibadahku selama hidupku.” Tahu
apa yag terjadi kemudian ? Eh, dia ditunda masuk surganya sama Alloh. Para malaikat pun diminta untuk
menimbang, berat manakah antara dua hal ini : amal ibadah yang dilakukannya seumur hidup ia punya
dengan nikmat mata yang dinikmatinya, seumur hidupnya. Dan ternyata saudara-saudara, nikmat sebelah,
hanya sebelah, biji mata yang dirasakannya seumur hidup itu tidak mampu menyamai seluruh amal ibadah
yang dilakukannya seumur hidup pula. Innalillah. Maha Benar yang berfirman kemudian bahwa sang ahli
ibadah, abid itu masuk surga karena rahmat, kasih sayang Alloh. Ustazd Syatori memperjelas ini dalam
kajian Jelajah Hati tiap hari Kamis di Darush Sholihat dengan mengatakan bahwa kita tidak bisa melakukan
kebaikan tanpa nikmat pemberian dari Alloh. Nah lho, di mana ada tempat untuk sombong kalau begini, iya
nggak ?
5. Penawar Lelah Pengemban Dakwah
Ini buku setengah wajib bagi Wik. Menemani keseharian Wik selain kajian MQ paginya MQ FM Jogja Awalnya bingung juga, apa sarana yang bisa dipakai agar kita bisa selalu ingat bahwa dunia itu cuma sebentar. Bahwa dunia memang tempatnya bercapek-capek ria, berlelah-lelah dalam pengabdian menuju Alloh. Sesuatu yang bisa mengingatkan kita selalu akan kampung halaman kita yang sebenarnya, yaitu akherat (kata ustadz Syatori, kita di dunia cuma jadi pengungsi). Akhirnya, Wik menemukan buku ini, buku punya kakak (yang sering lupa kalau bukunya dipinjam). Sayang, pro-U tidak lagi memproduksi buku ini. Ada buku yang mirip dengan buku ini, terbitan pro-U juga, karya ustadz Irfan S. Awwas, Musuh Cita-Cita Pengemban Dakwah. Meski begitu, buku Penawar Lelah Pengemban Dakwah tulisan ustadz Abdullah Azzam ini subhanalloh, two tumps lah. Beruntung mereka yang sempat membelinya dulu. Wik nukilkan tulisan di sampul depannya sebagai contoh.
Ketahuilah wahai saudaraku, sungguh Anda akan menemui masa-masa yang sulit, masa-masa yang melelahkan, dan berbagai ujian, padahal Anda tengah berjalan di atas jalan kebenaran dan disibukkan dengan berbagai aktifitas dakwah. Apabila Anda teguh di atas kebenaran dan sabar menghadapi berbagai ujian, niscaya kepedihan akan sirna, kelelahan akan hilang, dan yang tersisa bagi ANda adalah ganjaran dan pahala. Insya Alloh.
Dulu Wik sempat jengkel, merasa tidak adil ketika, ada tawaran amanah ke Wik. Tidak cuma sekali. Bukan Wik tidak mau, di satu sisi Wik ingin menerima amanah itu, tetapi di lain sisi Wik sendiri (dulu) sudah merasa kewalahan dengan amanah dakwah yang ada, kewalahan mengatur waktu. Belum lagi Wik lihat ada satu dua teman lain, yang sudah juga sedikit banyak paham pentingnya dakwah, tetapi kenapa mereka masih ‘dibiarkan’ tanpa amanah sama sekali. Sibuk dengan kuliah S-2nyalah atau sibuk terus mencari maisyah. Bisa jadi iri, astaghfirullah. Tapi dimana mekanisme pengaturan itu ? Lapor ke Murabbi, sedikit dimarahi karena terlihat sekali iri atau malah sombongnya. Astaghfirullah.
“Wik tuh sudah ada amanah ini, itu, dan ini, Mi. Wik juga sudah pegang dua kelompok. Kenapa tidak diberikan ke yang lain ? Mereka megang kelompok saja belum.” Begitu kurang lebih protes itu. Tidak berakhir baik saudara-saudara.
Sampai seorang akwat senior bilang,”Nek menurutku ya, Dik. Semua keputusan akhirnya kembali ke kita. Mau tidak menerima amanah itu.” Simple, bukan ? Tetapi tetap saja belum memuaskan sampai Wik menemukan jawaban dalam buku ustadz Abdullah Azzam ini. Kita simak apa kata beliau.
Bagaimana pendapat Anda jika ada seorang buruh pabrik, ia tidak mengerjakan apa-apa, tidak menghasilkan apa-apa, kerjanya cuma mengisi daftar hadir di pagi hari lalu pulang di sore hari. … Kira-kira apa yang akan dilakukan oleh pemilik pabrik terhadapnya ? Pasti ia akan memecatnya seketika .. begitu pun dengan ikhwah yang tidak memahami Islam selain memakai baju gamis dan memanjangkan jenggot, ia pasif dan tidak memepersembahkan sesuatu pun untuk Islam, kalau pun memeberi hanya sedikit atau yang tidak baik. (naudzubillah).
Beberapa gelintir pemuka dan ikhwah yang aktif untuk Islam dengan giat dan sungguh-sungguh, sekali-kali tidak akan mampu menegakkan daulah Islam sendirian, seberapa pun usaha dan tenaga yang mereka kerahkan. Apalagi semua tahu tindakan musuh-musuh Islam. Operasi yang mereka lakukan untuk membuat gerakan dakwah tersendat dan terbatas, menjadikan sekian ikhwah dihadapkan pada ujian berat dari waktu ke waktu sehingga mereka meninggalkan ruangan kosong yang semestinya diisi.
Selayaknya setiap muslim bertanya kepada dirinya sendiri, berapa orang yang telah mendapat hidayah Alloh dengan perantara dirinya pekan ini ? Sudahkah kerabat, tetangga, orang tua didakwahi ? Adakah langkah maju menuju pemahaman dan pengamalan Islam yang lebih baik ? … (halaman 120-123)
Setelah jawab ditemukan dan rutin membaca nasehat demi nasehat dalam buku ini, Wik pun kemudian mengusulkan agar isi buku ini menjadi kultum di pertemuan rutin Wik.
“Membaca atau mendengar kultum dari buku ini, kita merasa bahwa kita belum apa-apa. Malulah kita. Masih sedikit yang kita lakukan.” Itu komentar Murobbi Wik kemudian.
6. Menuju Surga-Mu
Ini buku pro-U hasil beli sendiri saudara-saudara. Buku pendamping menuju re-born, insya Alloh. Cerita-cerita didalamnya begitu banyak yang menyentuh, meski kita harus hati-hati karena ada satu dua cerita yang palsu seperti cerita tentang Nabi Daud atau cincin Nabi Sulaiman ( ke depan tolong diedit lagi pro-U, cerita yang meragukan, hilangkan saja ). Mengajari diri merenggang dari dunia, zuhud dan belajar tentang keMaha Rahman dan Rahiim-Nya Alloh, buku ini cukup bagus kita komsumsi. Ada kisah tentang seekor ular buta yang diberi makan oleh seekor burung sehingga menjadikan sekumpulan manusia bertaubat ke Alloh karenanya. Ada juga kisah seekor kalajengking yang naik di punggung katak untuk menuju tempat seorang pemuda mabuk yang hampir digigit ular. Sang kalajengking mengigit si ular atas perintah Alloh sehingga sang pemuda berkata “Tuhanku, inikah yang Engkau lakukan terhadap orang yang mendurhakai-Mu ?! Lalu bagaimana kasih sayang-Mu terhadap orang yang menaati-Mu ?” (halaman 218).
Demikian cerita Wik. Spesial untuk pro-U, meski berusaha profesional menata semuanya dan penuh idealisme, kalau boleh Wik beri saran, tetap adakan seleksi ketat untuk semua naskah yang masuk. Meski mengusung brand mengedepankan gagasan, tetapi kualitas mesti dikedepankan, bukan ? Kalau perlu dipublik-readingkan dulu ke sidang terbatas pembaca ? Wik sempat kurang puas membaca satu novel terbitan pro-U dan satu dua buku pro-U. Dari sampulnya sudah oke, tetapi isinya ternyata berbeda dari harapan kita. Sekarang sih ketika memilih buku, tidak cukup dari sampulnya saja, mesti buka sampul plastik dan membaca sekilas isinya. Agar terhindar dari kecewa begitu.
Well, demikian cerita Wik. Banyak maaf apabila ada hal-hal yang kurang berkenan. Jazakumullahu khairan katsira untuk kesabaran sidang pembaca menekuni kata demi kata yang tersaji. Wallahu’alam.
Alhamdulillah. Kisah ini untuk diikutsertakan dalam Lomba Kisah Menggugah Pro-U Media 2010 di http://proumedia.blogspot.com./2010/10/lomba-kisah-pendek-menggugah-pro-u.html